Peran Budaya Dalam Pengembangan Kota Yang Lebih Cerdas

Peran Budaya Serta Komunitas Dalam Pengembangan Kota Yang Lebih Cerdas – “Tanpa dekonstruksi serta analisis kognitif, peristiwa budaya, produk pengetahuan, dan pencapaian intelektual berisiko akan lebih kecil dari sekadar penanda ekonomi pasar.”

Kota pintar yang terutama berfokus pada aspek teknologi. Kabel serat optik dan jaringan nirkabel digunakan untuk menghubungkan rumah, individu, lembaga publik dan swasta. Saat ini, perencana kota menggunakan Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan layanan publik, membuat kota lebih aman, mencapai efisiensi energi, dan meningkatkan pemantauan proses pemerintahan. Tak diragukan lagi, terobosan teknologi baru ini memberikan banyak hasil yang dijanjikan. Akan tetapi pertanyaan yang muncul dalam debat publik adalah apakah mereka benar-benar memenuhi harapan dalam hal mengubah kehidupan warga. nexus slot

Peran Budaya Serta Komunitas Dalam Pengembangan Kota Yang Lebih Cerdas

Sayangnya, diperhatikan antusiasme hiperbolik pada masa-masa awal revolusi teknologi saat ini telah gerah. Dalam banyak kasus, perencanaan kota yang terlalu optimistis telah menghasilkan ruang kosong dan kota hantu. Secara indikatif, Sino-Singapura Tianjin Eco-city telah menarik $ 400 juta dalam investasi swasta tetapi tidak cukup warga untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerjanya. Terlepas dari rencana ambisius dan tempat super-pintar teknologi, kota ini gagal menarik warga. Masalah dasarnya adalah unsur budaya, yang telah sepenuhnya diabaikan. Visi yang tidak memadai tentang keberlanjutan perkotaan, yang terus-menerus menekankan indikator ekonomi dan lingkungan, sementara gagal memahami nuansa budaya tempat, menghasilkan kota yang tidak pintar atau berkelanjutan. www.mrchensjackson.com

Rencana kota harus muncul dari penggabungan teknologi dan budaya. Di Coriolanus karya Shakespeare, salah satu tribun bertanya kepada orang banyak: ‘Apa kota tetapi orang-orangnya’. Memang, meningkatkan kualitas hidup bukan hanya masalah teknologi; ini adalah masalah menghubungkan dan menginspirasi orang; ini adalah masalah menawarkan pekerjaan dan kesempatan untuk bermimpi; pertanyaan untuk meredakan perbedaan dan mengadopsi sikap inklusif. Dan, tanpa diragukan lagi, ini adalah pertanyaan untuk memberdayakan orang dan menghasut kesadaran politik dan partisipasi masyarakat.

Kita mungkin meremehkan peran budaya dalam pengembangan masyarakat dan kota yang efektif. Pada tingkat individu, dampak ekspresi budaya sering sangat jelas. Pendapat terkenal Sergei Polunin tentang Bawa saya ke gereja, misalnya, menciptakan daya tarik balet seumur hidup pada anak muda. Pada tingkat lain, sayangnya, dampak budaya lebih buram. Namun, ketika diposisikan dalam kerangka kerja, pengembangan budaya dapat melampaui serangkaian peristiwa simbolis dan mendapatkan kepentingan sistematis dalam pengembangan kota-kota yang lebih cerdas.

Dalam makalah mereka, Triple-Helix Model Smart Cities: A Neo-Evolutionary Perspective, penulis Loet Leydesdorff dan Mark Deakin mengusulkan model triple helix sebagai kerangka kerja ini. Saya pertama kali menyadari karya Loet Leydesdorff ketika saya mendengar dia direferensikan di sebuah konferensi budaya dan inovasi. Karena dia juga ayah mertua, saya sangat tertarik untuk belajar dan memahami pekerjaannya, yang secara teratur berhubungan dengan pekerjaan dan minat saya.

Model triple helix dari inovasi mengacu pada serangkaian interaksi antara akademisi, industri, dan pemerintah, untuk mendorong perkembangan ekonomi dan sosial. Model ini melampaui dinamika pasar sederhana. Alih-alih pasar, komunitas pembuat kebijakan, pemimpin akademik, dan ahli strategi perusahaan adalah pendorong inovasi. Ketika komunitas ini berhasil, mereka dapat membantu kota menjadi lebih pintar.

Dengan demikian, untuk mengembangkan kota yang lebih cerdas, pembuat kebijakan perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan komunitas orang yang berbeda untuk menjadi sukses.

Sejauh mana model triple helix berhasil adalah sejauh mana interaksi yang pada intinya dapat saling beralih satu sama lain. Ketika aktor dalam komunitas berinteraksi, mereka menciptakan pengetahuan, yang dibangun dari interaksi sebelumnya dan tumbuh dengan setiap interaksi. Seperti yang dinyatakan oleh penulis, “Proses seleksi yang terlibat adalah pengetahuan-intensif karena mereka hanya dapat ditingkatkan dengan menghargai informasi yang menjadi tersedia ketika mereka beroperasi.”

Interaksi, termasuk proses seleksi, adalah bentuk komunikasi, dan karenanya didefinisikan secara budaya. Bagaimana orang menanggapi ide satu sama lain bukanlah warisan biologis, tetapi budaya (dinyatakan Lewontin, 2000, di koran). Potensi komunikasi komunitas yang ditentukan secara budaya membentuk kemampuannya untuk berinovasi dan membantu dirinya sendiri dan lingkungannya (kota) untuk menjadi lebih pintar.

Peran Budaya Serta Komunitas Dalam Pengembangan Kota Yang Lebih Cerdas

Budaya adalah konsep multidimensi yang kompleks. Kata itu memiliki makna yang berbeda dan berkembang. Membangun di atas Budaya dan Masyarakat Williams, kita dapat membedakan pertanian dan hortikultura, orang berbudaya dan budaya bakteri; budaya pikiran, dan budaya sebagai keadaan intelektual masyarakat; budaya sebagai cara hidup material, intelektual, dan spiritual masyarakat, dan budaya sebagai tubuh umum seni. Dalam Budaya Kuantum, kami mendefinisikan budaya sebagai nilai, ide, dan praktik yang dibagikan orang, dan ungkapan yang menginspirasi ini, yang tampaknya mendekati budaya yang dirujuk oleh Leydesdorff dan Deakin.

Kemampuan suatu komunitas untuk berhasil mengatur budayanya, baik itu melalui museum, perpustakaan, teater, partisipasi budaya atau pengembangan budaya, kemudian merupakan ukuran untuk kemampuannya untuk berinovasi. Oleh karena itu, acara budaya dapat lebih dari sekadar kegiatan yang merangsang ekonomi lokal atau merayakan pencapaian politik. Ditempatkan dalam kerangka yang tepat, budaya membuat kota dan komunitas lebih pintar.

Yang penting, proses ini tidak hanya dapat dimulai dari atas ke bawah, seperti yang ditunjukkan oleh penulis di bagian kedua makalah ini. “Penemuan kembali kota-kota saat ini terjadi di bawah apa yang disebut“ kebangkitan kota ”tidak dapat didefinisikan sebagai masalah“ lintas-disiplin ”tingkat atas tanpa sejumlah besar rekonstruksi budaya di bagian bawah. karakter lokal yang sangat tersebar dan lokal dari rekonstruksi ini harus dihargai sebagai pendorong transformasi.”

Ambil contoh potensi inovasi Montreal. Dari perspektif top-down murni, “Satu-satunya hal yang ditawarkan untuk menjelaskan pertumbuhan Montreal sebagai eksponen utama acara budaya sampai sekarang adalah daftar kondisi yang memungkinkan, seperti: etika penelitian dan pengembangan teknis yang kuat yang perusahaannya bagikan didukung oleh universitas universitas “Perspektif ini gagal, karena tidak dapat mendefinisikan interaksi antara aktor dalam masyarakat dan kontribusi mereka (dari bawah ke atas) terhadap sistem. Alih-alih,” Model triple-helix memungkinkan kita untuk memperbincangkan pengembangan budaya untuk produk spontan dari ekonomi pasar, tetapi produk dari kebijakan, kepemimpinan akademik, dan strategi perusahaan yang perlu dibangun dengan hati-hati sebagai bagian dari program regenerasi perkotaan. “

Peran budaya dan masyarakat dalam pengembangan kota-kota yang lebih cerdas sangat besar. Peristiwa dan perkembangan budaya yang menyangkut produk sampingan dari ekonomi pasar, tetapi merupakan faktor pendorong bagi masyarakat yang lebih inovatif dan kota yang lebih cerdas kompilasi yang sesuai dengan kebijakan dan jaringan yang dibangun dengan hati-hati.

Atau, seperti yang dinyatakan oleh penulis, “Untuk menjadi lebih dari persetujuan cerdas dan pintar, dan dalam pengertian itu,” Lebih cerdas, “kota membutuhkan modal intelektual yang diperlukan untuk tidak hanya memenuhi persyaratan penghematan di pasar ekonomi, sehingga untuk menjadi pusat kelonggaran kreatif yang dibedakan berdasarkan komunitas mereka yang memiliki pemerintahan politik dan strategi yang hanya bisa kreatif, tetapi juga giat dalam meluncurkan, menggabungkan refleksif, dan membuat dimensi ekonomi dan pemerintahan dari manajemen perusahaan mereka diskursif “.

Kenakalan Remaja, Dampak Perubahan Sosial Budaya

Kenakalan Remaja, Dampak Perubahan Sosial Budaya – Dalam kesempatan ini akan menganalisis materi SMA tentang dampak perubahan sosial budaya dan mengambil salah satu temanya adalah semakin kompleksnya penyimpangan sosial yang terjadi di masyarakat. Salah satu bentuk penyimpangan sosial tersebut adalah kenakalan remaja. Kenakalan remaja yang meliputi seluruh perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku itu nantinya  merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Para ahli pendidikan yang sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun.

Pada usia itu, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Dia berada pada masa transis, yaitu masa peralihan dari remaja menuju kedewasa. Bila kita berbicara mengenai kenakalan remaja, pasti kita langsung berpendapat bahwa remaja itulah yang salah. Mereka pun melakukan berbagai hal yang merugikan, yang melanggar nilai dan norma masyarakat. Kita seolah-olah menghakimi mereka tanpa mencari tahu terlebih dahulu sebenrnya apa yang menyebabkan mereka melakukan hal tersebut. Pemikiran semacam inilah yang disebut dengan labelling. slot

Akan tetapi perlu kita ketahui ada beberapa hal yang dapat menjadi factor penyebab seseorang melakukan penyimpangan sosial, khususnya kenakalan remaja. Berikut ini merupakan faktor penyebab dari kenakalan remaja :

Kenakalan Remaja, Dampak Perubahan Sosial Budaya

Faktor internal:

– krisis identitas : perubahan biologis serta sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, dapat tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua. https://www.mrchensjackson.com/

– Kontrol diri yang lemah : remaja yang tak dapat mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitu pula untuk mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tak dapat mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

Faktor eksternal:

– Keluarga dan perceraian orangtua. Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi seorang anak dalam mendapatkan pendidikan. Sehingga dengan kata lain keluarga adalah faktor yang paling menentukan terbentuknya kepribadian seorang anak. Tak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di dalam keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.

– Teman yang sebaya yang kurang baik. Kita ketahui bahwa seorang anak paling banyak menghabiskan waktunya dengan teman-temannya. Sehingga bila seorang anak berteman dengan mereka yang berkepribaian buruk, maka anak tersebut pun akan terpengaruh dan mengikuti pergaulan teman-temannya, tanpa berfikir apakah hal itu baik atau tidak.

– Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Tinggal di suatu daerah yang tingkat kejahatannya tinggi, yang juga dicirikan oleh kondisi-kondisi kemiskinan dan kehidupan yang padat, menambah kemungkinan bahwa seorang anak akan menjadi nakal. Masyarakat ini seringkali mempunyai sekolah-sekolah yang sangat tidak memadai.

Komunitas terhitung dapat berperan serta di dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat yang dengan tingkat kriminalitas tinggi amat mungkin remaja mengamati beraneka type yang jalankan kesibukan kriminal dan meraih hasil atau penghargaan atas kesibukan kriminal mereka. Masyarakat semacam ini kerap kali ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih berasal dari kaum kelas menengah. Kualitas di dalam sekolah, pendanaan pendidikan, dan kesibukan lingkungan yang terorganisir adalah faktor-faktor lain di dalam masyarakat yang terhitung terjalin dengan kenakalan remaja.

Dari berbagai faktor yang telah dijabarkan diatas, bahwa kenakalan remaja bukanlah sepenuhnya kesalahan remaja itu sendiri, namun disisi lain ada faktor-faktor yang membuat mereka melakukan penyimpangan tersebut. Sehingga tindakan kita seperti memeberi labelling kepada seseorang itu sebenarnya adalah hal yang kurang tepat. Karena perihal tersebut malah akan semakin mendorong seseorang melakukan hal menyimpang. Untuk mengatasi kenakal remaja dapat kita lakukan dengan beberapa cara, namun cara tersebut juga harus sesuai dengan penyebab yang mendorong mereka menyimpang. Sehingga diantara cara untuk mengatasi dan faktor yang mendorong mereka berpeilaku menyimpang akan sesuai dan sejalan. Labelling sebetulnya bisa kita jadikan salah satu cara untuk mengatasi kenakalan remaja. Yaitu dengan cara memberikan labell yang baik terhadap seseorang.

Karena labelling tidak hanya berlaku pada hal-hal buruk, namun hal-hal bai pun bisa kita gunakan sebagai labell agar seseorang terdorong untuk berperilaku baik. Jadi, kesimpulannya adalah, kenakalan remaja yang sekarang ini sering terjadi bukanlah sepenuhnya salah para remaja itu sendiri, tetapi ada faktor-faktor yang mendorong mereka untuk berperilaku menyimpang. Dan supaya mengatasi perihal tersebut diperlukan cara pengatasan yang sesuai dengan faktor penyebabnya. Tenetu diperlukan pihak-pihak yang dapat mendukung hal tersebut, seperti halnya sekolahan lebih memperhatikan bakat para siswanya. Sehingga bakat mereka pun tak di salah gunakan pada hal-hal yang negatif. Orang tua pun mesti lebih memperhatikan perkembangan anak baik di rumah, di sekolah maupun di tempat bermain. Sehingga pertumbuhan anaknya bisa terkontrol dan bisa dikendalikan agar tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif.

Contoh perubahan sosial budaya dalam remaja:

1. Cara berkomunikasi

Kenakalan Remaja, Dampak Perubahan Sosial Budaya

Berkembangnya dunia teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan yang besar dalam cara kita berkomunikasi. Dulunya kita kerap kali melakukan surat-menyurat, dikirim terus menunggu balasan, kalau apes mungkin surat kita kekirim ke orang lain.

Bila sekarang begitu mudah, pakai smartphone ataupun komputer kita bisa berkomunikasi secara kilat dengan berbagai media aplikasi.

2. Pakaian

Dikarenakan pengaruh modernisasi dan globalisasi, masyarakat mulai mengubah cara berpakaian mereka.

Tadinya masyarakat yang kerap memakai baju tradisional atau baju adat daerah masing-masing, kalau sekarang mereka memakai baju bisa karena mengikuti trend atau sekedar ingin mengenakan sesuai selera mereka.

3. Gaya hidup

Gaya hidup yang kebanyakan orang pun berubah, ada yang menjadikan sebagai gaya hidup yang baik seperti vegetarian. Akan tetapi ada juga yang sesat seperit mengkonsumsi narkoba.

4. Westernisasi

Westernisasi atau pulapara baratan telah bukan hal langka untuk dijumpai, bahkan di negara indonesia sendiri telah lama terjangkit seperti masuknya budaya halloween maupun valentine yang kontroversial.

5. Kepercayaan (religi)

Contoh nyatanya, dahulu para orang indonesia berpegang teguh pada ajaran nenek moyang atau leluhur mereka yang telah tiada, namun sekarang mereka mengedepankan logika dan dengan bukti-bukti yang telah ada.

6. Pola hidup

Makin kesini pun masyarakat lebih memilih untuk membeli sesuatu dibandingkan dengan membuat sesuatu, mungkin saja karena kita terlena dengan teknologi yang ada.

7. Perilaku

Pada kasus semacam ini banyak contoh anak yang suka membantah kepada orang tua mereka.

8. Model rambut

Banyaknya pelajar yang sangat suka mencontoh artis idola mereka sehingga menimbulkan efek “hitz” dalam pergaulan mereka. Akan tetapi juga harus dalam pengawasan yang pas supaya apa yang mereka lakukan tidak berlebihan.

9. Kesenian

Sebab banyaknya berbagai kesenian yang masuk dari luar negeri, beberapa kesenian asli dari indonesia sudah jarang ditemukan. Akan tetapi, tetap saja masih ada yang populer dan dilestarikan hingga saat ini.

10. Permainan

Didalam perihal permainan pun ditemukan banyak kasus permainan asli indonesia yang hilang. Telah tak dijumpai permainan congklak ataupun sundamanda di daerah sini, lebih banyak yang memilih bermain online game seperti dota ataupun game console.

Peranan dari Sosial Kebudayaan Kebun Raya

Peranan dari Sosial Kebudayaan Kebun Raya – Kebun raya pada dasarnya dikembangkan sebagai sebuah konsep yang bermanfaat bagi negara sebagai tempat untuk riset ilmiah dan konservasi yang menyimpan koleksi tanaman hidup secara jangka panjang, termasuk spesies tanaman dan ‘bank benih’.

Sebagai sebuah institusi, kebun raya dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menikmati alam (mengingat semakin banyak orang tinggal di daerah yang mengalami urbanisasi) serta menyediakan sebuah tempat yang menimbulkan kesejahteraan fisik dan psikologis. slot online

Peranan dari Sosial Kebudayaan Kebun Raya

Selain beberapa hal yang di atas, kebun raya berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh agar memiliki peranan sosial kebudayaan. Dari berbagai isu ketahanan pangan, ketahanan menjaga integrasi perkotaan, ekonomi hijau, keberlanjutan dan penanganan perubahan iklim, kebun raya dapat dikembangkan lebih jauh dengan memasukan isu-isu kesehatan dan pengobatan, kesejahteraan komunitas, inklusi sosial, pembelajaran sepanjang hayat, dan rasa kebinekaan. www.benchwarmerscoffee.com

Kebun raya bisa pula dijadikan sebuah museum terhadap kekayaan keragaman warisan alam dan budaya rakyat Indonesia.

Selain dengan menawarkan program yang melibatkan masyarakat secara langsung, kebun raya juga bisa memfasilitasi jaringan-jaringan komunitas, seperti kelompok pertanian perkotaan, perusahaan teknologi hijau, seniman lingkungan, masyarakat kebun, kelompok rehabilitasi kejuruan, praktisi seni, budaya, dan lainnya untuk bertemu, mendiskusikan dan bekerja sama dalam menjaga kualitas hidup manusia, serta pertukaran pengetahuan antarkomunitas dan kelompok masyarakat lainnya.

Pelestarian lingkungan hidup dan budaya

Kebun raya–ataupun kebun tanaman dan budaya rakyat–sebagai kurator keragaman hayati maupun budaya semakin dibutuhkan karena semakin tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati (plasma nutfah), semakin meningkatnya ancaman terhadap keanekaragaman budaya. Begitu juga dalam penggalian dan pengembangan kearifan lokal (local wisdom), kebun raya dapat dikelola untuk itu dan atas kepentingan pelestarian lingkungan hidup.

Pengakuan adanya ancaman terhadap beberapa aspek kebudayaan yang terkait erat degan ancaman terhadap keragaman hayati sudah dinyatakan secara eksplisit dalam beberapa konvensi dan kesepakatan di tingkat global. Misalnya, Pasal 8 (j) dari Konvensi Internasional tentang Keanekaragaman Hayati (1992) mendorong setiap negara untuk ‘menghormati, melestarikan dan memelihara pengetahuan, inovasi dan praktik masyarakat adat dan masyarakat lokal’.

Dengan demikian, kebun raya dapat secara aktif terlibat dalam sosialisasi dampak perubahan lingkungan yang lebih luas terhadap keanekaragaman budaya dengan memasukkan pelestarian keanekaragaman budaya dalam misi dan visinya.

Mesikpun hal ini menjadi sebuah tantangan bagi kebun raya yang sudah exist, ini merupakan kesempatan dan tantangan yang baik bagi sebuah kebun raya berdasarkan kebutuhan kekinian di abad ke-21.

Bagi kebun raya baru yang sedang merancang strategi, misi dan visinya, menggabungkan keanekaragaman hayati dengan keragaman budaya akan jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan sebuah kebun raya yang sudah exist. Malahan, dengan menggabungkan dua sisi penting ini, kebun raya tersebut dapat segera meningkatkan profilnya pada panggung konservasi global.

Kebun raya yang akan dikembangkan bisa memasukan local wisdom seperti ‘etnobotani’ di masyarakat Melayu Deli, memberi tempat dan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan tanaman khas yang sudah menjadi bagian budaya dan kehidupan masyarakat tersebut.

Kebun raya di mana-mana sudah mulai menunjukkan peranan sosialnya yang memiliki relevansi dan tanggung jawab lebih tinggi terhadap kebutuhan masyarakat.

Kebun raya dalam kepahaman yang lebih luas ini juga berpotensi untuk memberikan kontribusi yang bermakna terhadap pemerintahan, baik di tingkat nasional maupun daerah, termasuk inklusi sosial, merekatkan masyarakat (community cohesion) dan agenda pembelajaran sepanjang hayat. Ini telah dicapai di Inggris dengan pendanaan strategis dan justru dengan dorongan dari pemerintah daerah (pemda) yang mengeluarkan beberapa kebijakan yang bersifat inovatif dan sebagai perintis.

Selain itu, kebun raya dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional. Manfaat bagi kebudayaan dari adanya kebun raya sama juga dengan manfaatnya sebuah museum yang sering memiliki koleksi-koleksi dengan nilai budaya yang signifikan, termasuk tanaman asli atau endemik, artefak, dan karya seni yang semuanya bermanfaat bagi kebudayaan. Terkadang kebun raya dibuat di sekitar atau ditempatkan di gedung-gedung atau lokasi yang bersejarah atau memiliki makna yang penting dari sisi kebudayaan. Contohnya seperti, Lyon Arboretum di Hawaii berpartisipasi dalam sebuah program yang disebut Welina Manoa yang memperkenalkan guru dan murid SD dengan budaya dan lingkungan hidup Hawaii.

Arboretum tersebut turut menyediakan sebuah ‘jejak spesies lokal’ yang memiliki arti penting bagi budaya Hawaii.

Kontribusi dari kebun raya bagi ekonomi lokal dan nasional dapat diukur dengan berbagai cara berikut ini.

1. Sebagai tempat wisata yang membawa wisatawan lokal dan yang datang dari luar daerah dengan pengeluaran yang menguntungkan masyarakat luas.

2. Sebagai penyedia lapangan kerja dan pembeli jasa dan barang.

3. Sebagai penggagas investasi modal yang mendukung aktivitas ekonomi lokal dalam skala cukup besar.

4. Sebagai organisasi yang meningkatkan nilai-nilai estetika dan rekreasi lingkungan, misalnya, dengan naiknya harga properti di sekitarnya dan kontribusi perpajakan.

Peranan dari Sosial Kebudayaan Kebun Raya

Mempertimbangkan kembali visi dan misinya, kebun raya–atau juga kebun taman dan budaya rakyat–merupakan institusi penting yang meliputi estetika, kebudayaan, dan ilmiah yang berpotensi untuk berkontribusi besar bagi kesejahteraan masyarakat kita dan pertumbuhan ekonomi.

Pada abad ke-21, kebun raya akan memainkan peran penting dalam mengatasi masalah global, seperti perubahan iklim, keamanan pangan, konservasi keanekaragaman hayati, pendidikan lingkungan, keberlanjutan, kebudayaan, dan kesejahteraan manusia.

Menurut salah satu perwakilan YKRI Kebun raya harus bisa mencakup lima fungsi, yaitu:

1. Konservasi. “Konservasi ini merupakan tugas untuk melestarikan plasma nutfah (substansi pembawa sifat keturunan) yang sudah mencapai titik kritis. Masyarakat pun harus turut menjaga plasma nutfah tersebut dengan dibangun kebun raya di daerah. Kembali lagi pada kemampuan finasial pemda juga,” ujarnya.

2. Penelitian. Kebun raya yang menyumbang peran besar dalam dunia penelitian. Peneliti bisa untuk menggali potensi yang tersimpan dari plasma nutfah yang ada di kebun raya, misalnya untuk sumber pangan ekonomi. Bagaimanakah dengan plasma nutfah tersebut bisa dibudidayakan kembali oleh masyarakat juga harus dipikirkan para peneliti.

3. Pendidikan YKRI dengan melalui Gerakan Jaga Bumi telah memulai langkah edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya kebun raya. Kegiatan itu pun menjangkau berbagai sekolah untuk menyebarkan informasi seputar budi daya tanaman ramah lingkungan.

4. Wisata dengan “Coba bandingkan kebun raya di Singapura dan di Bogor. Banyak dari para orang-orang yang datang ke Singapura, padahal tanamannya diambil dari Indonesia juga. Bagaimana pengemasan kebun raya bisa menjadi tempat wisata harus dikembangkan,” ujar Michael. Dia pun meneruskan, perlu ada perubahan pola pikir masyarakat bahwa kebun raya bukan hanya tempat konservasi penelitian. Partisipasi yang aktif dari masyarakat dibutuhkan agar pembangunan kebun raya berjalan lancar. Bila kebun raya mengalami defisit, masyarakat bisa ikut berpartisipasi menyumbang untuk pengelolaan kebun raya yang berkelanjutan.

5. Jasa lingkungan Michael mengatakan, jasa lingkungan ini tentunya diperlukan untuk memberikan satu info mengenai dampak ekologis tentang bagaimana mencapai lingkungan yang baik.

Aspek Sosial Budaya Pada Pariwisata Di Bangka Belitung

Aspek Sosial Budaya Pada Pariwisata Di Bangka Belitung – Indonesia yang populer dengan keanekaragaaman kebudayaan dan keindahan alam yang sangat bagus dan patut untuk disyukuri pemberian sang maha pencipta. Keanekaragaman kebudayaan yang berbeda-beda di setiap daerah menjadikan salah satu keunikan bagi Indonesia di mata dunia.

Ragam suku, budaya dan bahasa menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendatang atau wisatawan luar negeri yang hendak berkunjung ke Indonesia. Indonesia juga dikelilingi oleh lautan yang mana terdapat pulau-pulau kecil namun menyimpan keindahan alam bawah laut yang luar biasa indahnya. premium303

Tak cuma keindahan alamnya saja tetapi juga dalam hal budaya terutama kesenian, adat istiadat, peninggalan sejarah yang dimiliki tidak kalah menarik. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Dari berbagai keindahan alam serta kekayaan dan keunikan ragam budaya yang ada merupakan komponen penting dalam pariwisata Indonesia. Dengan demikian pariwisata di Indonesa menjadi sektor ekonomi penting dalam penerimaan devisa serta menambah penghasilan bagi masyarakat.

Adapun kegiatan pariwisata yang ada di Indonesia yaitu wisata budaya, wisata sejarah, wisata alam atau buatan yang menarik, wisata belanja, wisata keagamaan, agrowisata dan ecowisata.

Aspek Sosial Budaya Pada Perkembangan Pariwisata Di Bangka Belitung

Tentunya dengan adanya pengembangan dalam sektor pariwisata menjadikan suatu daerah berdampak pada kemajuan salah satunya keuntungan ekonomi baik bagi masyarakat maupun negara, namun dibalik itu juga pastinya akan bertentangan dengan aspek yang lain.

Dengan adanya pengembangan pariwisata di suatu daerah lebih terfokus pada bidang kegiatan ekonomi, salah satu pembangunan yang dilakukan untuk mengejar produktivitas, dalam usaha ini manusia   (tenaga kerja) dipandang sebagai faktor produksi yang mekanis sehingga mengabaikan berbagai aspek sosial budaya yang akan terjadi akibat dari adanya pembangunan pariwisata.

Selain itu, disisi lain juga sebenarnya bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan saja dalam bidang ekonomi dengan membangun semisalnya sebuah tempat wisata yang menarik pengunjung, membangun hotel megah dengan fasilitas yang serba mewah dan canggih serta menyedikan atau membuka restoran-restoran kelas atas atau semacamnya,

tetapi perlu diketahui bahwa pariwisata akan lebih berkembang dengan baik apabila ditunjang dengan peningkatan aspek sosial budaya masyarakat.

Penulis berpikir jika dilihat dari apa yang sudah terealisasikan dalam konteks pembangunan ekonomi, aspek sosial budaya juga memiliki peranan penting dapat menunjang berkembangnya pariwisata di suatu daerah tetapi juga malah dengan berkembangnya pariwisata akan mengikis aspek sosial budaya masyarakat itu sendiri secara perlahan-lahan.

Keduanya tersebut bagaikan dua mata uang yang sama tetapi memiliki nilai pandang berbeda yaitu positif dan negatif dari mana sudut pandang orang menilainya untuk kebutuhan. Seperti misalnya penulis akan mengambil contoh perkembangan pariwisata di Bangka Belitung khususnya.

Pariwisata di Bangka Belitung setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tidak diherankan lagi dengan tinggi wisatawan yang datang ke daerah Bangka Belitung membawa dampak tersendiri bagi suatu daerah tersebut teutama dalam hal pembangunan.

Para aktor yang berperan dalam pariwisata pastinya akan mengembangkan daerah tersebut menjadi lebih maju mencari investor untuk membangunan hotel semisalnya untuk menarik para wisatawan supaya betah dan nyaman pada saat berwisata ke tempat tersebut.

Selain itu juga, mulai banyaknya bangunan-bangunan bertingkat atau swalayan yang dibangun dekat pengembangan pusat pariwisata, segala aspek di masyarakat perlahan-lahan mulai mengalami perubahan secara signifikan.

Di mana dulunya masih banyak lahan-lahan yang masih hutan belum mendapat sentuhan sama sekali, sekarang sudah banyak dialih fungsikan oleh para pemilik modal untuk kepentingan mereka tanpa memikirkan lingkungan sekitar yang nantinya akan terjadi.

Meskipun demikian dengan adanya pengembangan pariwisata di Bangka Belitung sendiri pastinya akan memberikan keuntungan juga bagi masyarakat dalam hal membuka lapangan pekerjaan.

Objek pariwisata di daerah Bangka Belitung memang terkenal akan keindahan alam lautnya. Pasir pantai yang putih dan halus serta tumpukan batu granit yang tersusun begitu saja menjadikan ciri khas tersendiri bagi daerahg ini.

Tanpa adanya buatan campur tangan manusia ini benar-benar nikmat Tuhan yang harus disyukuri, menjadikan Bangka Belitung sebagai surga alam yang indah ditambah dengan semilir angin yang berhembus menjadikan tempat wisata ini sangat luar biasa untuk melepas lelah.

Tidak hanya itu saja, keindahan objek wisata alamnya juga tak kalah menarik bagi para wisatawan yang ingin berkunjung ke Bangka Belitung. Kesenian budaya dan adat istiadat setempat masih tetap dilestarikan dalam kegiatan acara-acara tertentu terlepas dari nilai kesakralan yang dianut oleh masyarakat sebagai wujud rasa syukur kepada sang pencipta.

Namun dibalik dari keberhasilan dalam pengembangan pariwisata yang gencar-gencarnya sedang dilakukan untuk menambah penghasilan bagi daerah atau negara maupun masyarakat tentunya tidak akan terlepas dari dampak yang akan terjadi meskipun begitu ada juga aspek yang menjadi penunjang keberhasilan pariwisata seperti aspek sosial budaya.

Sebelum pada pengembangan dalam sektor pariwisata, pariwisata sendiri merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat dalam keberhasilan kemajuan suatu wisata, sehingga pastinya akan membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat.

Bahkan pariwisata mempunyai kekuatan yang luar biasa dan mampu membuat masyarakat setempat mengalami metamorphosa dalam berbagai aspeknya. Salah satu dampak dari pariwisata yang paling menonjol terjadi yaitu dampak terhadap masyarakat lokal dan kearifan lokal yang ada.

Aspek Sosial Budaya Pada Perkembangan Pariwisata Di Bangka Belitung

Aspek dalam sosial budaya yang mengalami pergeseran akibat berkembangnya pariwisata di suatu daerah.

Seperti di Bangka Belitung sendiri sudah terlihat dampak yang terjadi dalam aspek sosial budaya di kalangan masyarakat lokal yaitu di mana masyarakat sudah berubah dalam hal gaya hidup mengikuti arus modernisasi yang dibawa oleh para pendatang yang berkunjung sehingga masyarakat perlahan-lahan mulai menirunya misalnya berpakaian ala kekinian masa kini terbuka seperti barat-baratan atau korean mengikuti mode yang trend ,

pola tingkah laku yang tidak lagi seperti ada rasa solidaritas dan saling tolong menolong sekarang menjadi saing-saingan untuk mendapatkan keuntungan sehingga mengabaikan nilai yang dianut sebelumnya, banyaknya penurunan moral yang terjadi terutama dikalangan perempuan yang menjadikan kesempatan emas bagi mereka untuk meraup keuntungan dengan menjadi wanita malam di tempat hiburan malam untuk menarik kesenangan wisatawan yang berkunjung,

juga seluruh harga kebutuhan menjadi naik akibat banyaknya permintaan yang datang, mulai banyaknya muncul kejahatan yang terjadi di lingkungan masyarakat, dan meningkatnya  penyimpangan-penyimpangan sosial yang terjadi.

Selain itu, dampak pariwisata terhadap bidang kesenian, adat istiadat, serta keagamaan yang paling menarik karena merupakan aspek budaya sebagai modal dasar pengembangan pariwisata.

Pengaruh terhadap aspek-aspek ini bisa terjadi secara langsung karena adanya proses komoditifikasi terhadap berbagai aspek kebudayaan atau terjadi secara tidak langsung melalui proses jangka panjang.

Pariwisata secara tidak sadar telah merusak atau menghancurkan kebudayaan lokal, meskipun secara tidak langsung memaksa mengekspresikan kebudayaan lokal untuk dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan pariwisata. Selain itu, yang sangat dikhawatirkan nilai-nilai budaya mulai terkikis dan tergantikan dengan kebudayaan asing yang mulai terintegrasi di masyarakat.

Sehingga nantinya masyarakat meninggalkan tradisi kesenian budaya setempat dan perlahan-lahan akan menghilang seperti sekarang di Bangka Belitung yang sudah terlihat yaitu mulai hilangnya tarian campak, tarian kesenian daerah bangka belitung.

Tari campak ini perlahan-lahan akan memudar dikhawatirkan karena muda-mudi bangka belitung tidak mau melestarikan kesenian budaya ini akibat mulai banyaknya tarian modern atau dikenal dengan dance yang lebih menarik.

Dengan demikian penulis mengharapkan dengan berkembangnya pariwisata di Indonesia khususnya Bangka Belitung,  aktor yang berperan penting dalam pengembangan pariwisata tidak mengabaikan aspek penting yang akan terjadi seperti aspek sosial budaya masyarakat dan juga tetap menjaga kearifan lokal agar tidak mengalami perubahan akibat adanya pembangunan pariwisata.

Back to top